Poster acara Sarga Kanitrèn |
Di era saat ini, perempuan seringkali dianggap tidak berperan penting dalam masyarakat. Perempuan sering digambarkan sebagai kaum nomor dua, yang hanya berperan di ranah domestik, sebagai pelengkap, dan kurang berkontribusi untuk kemajuan pembangunan. Hal tersebut ternyata bertolak belakang dengan peran perempuan dalam masyarakat adat Sunda. Dalam kebudayaan Sunda, perempuan dianggap sebagai sosok sentral yang memegang kunci stabilitas kehidupan.
Perempuan adat memiliki peran yang sangat krusial dan tak tergantikan dalam berbagai bidang, khususnya dalam ketahanan pangan. Secara turun-temurun, perempuan mewarisi pengetahuan tentang cara bertani; mengelola keluarga dan masyarakat; serta menjalin hubungan harmonis dengan alam dan lingkungan sekitar. Perempuan juga memiliki otoritas terkait kewenangan dalam pengaturan keberlangsungan kehidupan dan sumber-sumber penghidupan keluarga dan masyarakat.
Peran penting perempuan ini, tergambar melalui sosok Nyi Pohaci, simbol yang dipercaya erat kaitannya dengan kelangsungan hidup manusia dan kearifan lingkungan; berbagai upacara ritual yang terkait dengan pangan, seperti upacara padi; berbagai naskah; serta berbagai kesenian tradisional.
Hal ini menjadi perhatian khusus bagi Yayasan Puspa Karima Indonesia untuk menggelar sebuah diskusi dan peluncuran karya Music Video (MV) tentang perempuan dan pangan. Karya tersebut berakar dari tiga jenis kesenian tradisional yaitu Bakbrung, Reak, dan Celempungan yang diramu menjadi sebuah karya baru yang berjudul “Sarga Kanitren”. Setelah peluncuran karya, akan dilaksanakan diskusi tentang perempuan dan pangan. Diskusi ini akan dipimpin oleh Dhiya Silmi Amirah Soraya, M.Sn sebagai moderator dan dua orang narasumber yaitu; Desty Nursyiam, S.Sn dari Yayasan Puspa Karima Indonesia, akan membahas proses kreatif dalam pembuatan karya “Sarga Kanitren”; dan Devi Sari Astuti, S.Sos dari komunitas budaya Kebon Bagea, akan membahas perempuan dan pangan dalam perspektif budaya Sunda.
Peluncuran karya dan diskusi ini akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Oktober 2024 pukul 19.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB di Bale Riung P.34 Jl. Caringin Desa Sayang Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Acara yang dibingkai dengan judul Pamedalan Citra Sora “Sarga Kanitren” & Gunem Catur ini difasilitasi oleh program Fasilitasi Bidang Kebudayaan tahun 2024, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
Yayasan Puspa Karima Indonesia adalah organisasi yang bergerak di bidang pemajuan kebudayaan dan pemberdayaan perempuan. Didirikan oleh Bunga Dessri Nur Ghlaiyah pada tahun 2021 Yayasan Puspa Karima Indonesia menjadi wadah untuk konservasi, dokumentasi dan pengembangan objek pemajuan kebudayaan serta menjadi ruang bagi para perempuan dan kaum minoritas untuk mengembangkan diri, berkarya, dan mencurahkan segenap pemikirannya secara bebas.
Yayasan Puspa Karima Indonesia sampai saat ini memiliki lebih dari 20 anggota aktif yang bergerak di bidang seni pertunjukan, sastra, dan riset budaya. Seluruh anggota secara bergantian menjadi penampil pada acara festival yang diadakan di dalam maupun luar negeri, menjadi komponis, menjalin kolaborasi musik serta menjadi delegasi pada kegiatan residensi nasional dan internasional.
Tahun ini, bertepatan dengan hari pangan, Yayasan Puspa Karima Indonesia berupaya untuk memberikan berkontribusi dalam bidang pemajuan kebudayaan dan ketahanan pangan dengan menggelar sebuah acara Pamedalan Citra Sora “Sarga Kanitren” & Gunem Catur. Melalui upaya ini, Yayasan Puspa Karima Indonesia berharap pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal terus meningkat. Selain itu, masyarakat pun dapat lebih menghargai dan memahami kontribusi perempuan dalam pembangunan dan ketahanan pangan, serta semakin menyadari pentingnya menjaga kelestarian budaya lokal untuk kesejahteraan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar